Entah sejak kapan, saban tahun komunitas Batak di kota-kota besar selalu
menggelar perhelatan yang bernama Bona Taon (Awal Tahun). Pada
umumnya pesta Bona Taon di isi dengan kegiatan berupa penghimpunan massa
atau angota , kebaktian (sejenak), makan-makan, pidato-pidato,
nyanyi-nyanyi dan tidak jarang juga diisi dengan pemilihan pengurus.
Yang terakhir menarik dicermati oleh para sosiolog: kekeluargaan Batak
sadar atau tidak sadar rupanya telah mengalami proses pelembagaan dan
formalisasi yang sedemikian kuat.
asal di Tapanuli dan juga persekutuan masyarakat
dalam suatu wilayah atau lebih dikenal dengan STM, dan biasanya pesta
bona taon ini di adakan dengan mengambil tempat yang lebih besar, mewah,
santai dan atau dengan pemandangan yang indah, misalnya di Gedung serba
Guna (Aula), kawasan wisata pantai, dan atau pusat keramaian (Mall).
Maka timbul pertanyaan Apakah makna Bona Taon ini bagi komunitas
Batak-Kristen perantauan ini?
Pertama: Ibadah bersama. Menurut Bona Taon ini komunitas Batak
diajak untuk menyatukan doa. Bersyukur atas berkat yang telah diberikan,
berdoa memohonkan perlindungan dan penyertaan, dan membaharui ketaatan
kepada firmanNya. Melalui kebaktian Bona Taon ini orang-orang Batak
Kristen itu mengaku bahwa hidupnya sangat tergantung kepada belas
kasihan dan kemurahan Allah, bukan kepada kehebatan dan kejagoan
dirinya. Apapun yang hendak dilakukannya di tahun yang baru ini tidak
akan berhasil jika tidak disertai dan diberkati Allah. Sebab itu acara
Bona Taon bagi komunitas Batak Kristen memiliki makna spiritual yang
sangat dalam, yaitu sebagai suatu ritus pemulihan dan penyegaran iman
bersama. Sebab itu wajar jika tidak melakukan acara Bona Taon, banyak
orang Batak Kristen merasa ada yang salah atau kurang dalam hidupnya.
Kedua: Peneguhan ulang persaudaraan dan kekeluargaan. Kehidupan
kota besar dan moderen membuat banyak orang, termasuk orang-orang Batak
terpencar-pencar dan tercerai-berai. Di kota yang sungguh ramai dan
hiruk-pikuk seperti Jakarta sekitarnya ini banyak orang bisa merasa
sepi, sendiri dan bahkan terasing. Melalui acara Bona Taon orang-orang
Batak Kristen itu menemukan dirinya tidak sendirian namun memiliki
keluarga, sanak dan saudara. Dan perasaaan bersaudara dan berkeluarga,
memiliki-dimiliki, disayang-menyayang itu sangat membahagiakan serta
menguatkan di tengah kenyataan hidup yang keras ini. Pengamatan saya,
Bona Taon acap menjadi reuni dan ajang nostalgia yang mengharukan antar
orang-orang yang merasa bertalian darah namun karena keadaan sangat
jarang bisa berjumpa.
Ketiga: Penegasan identitas. Sejalan dengan itu Bona Taon juga
menjadi wadah untuk menegaskan identitas kebatakan. Walaupun tidak
dikatakan secara gamblang, melalui acara Bona Taon itu komunitas Batak
Kristen juga hendak menegaskan identitas atau ciri khasnya di
tengah-tengah dunia global ini. Pengamatan penulis, walaupun sebagian
anggota komunitas Batak-Kristen itu tidak lagi bisa berbahasa Batak atau
katakanlah tidak lagi fasih berbahasa Batak, maka acara kebaktian Bona
Taon akan dianggap “kurang sah” atau “kurang afdol” jika tidak dilakukan
dalam bahasa Batak. Lagu-lagu dalam Bona Taon sebab itu selalu
diusahakan diambil dari Buku Ende HKBP: Naung moru do muse sataon, Naung
salpu taon na buruk i, Debata baen donganmi dll. Menurut saya ini
sangat menarik direnungkan. Sama seperti orang-orang lain, komunitas
Batak pun ingin menunjukkan keunikan dan kekhasannya.
Keempat: Tekad ke masa depan: Berhubung hampir semua persekutuan
Batak-Kristen melakukan even Bona Taon secara teratur saban tahun, saya
berpikir mungkin ini suatu peluang untuk membuatnya sebagai suatu
dorongan bergerak ke masa depan. Bernostalgia ke masa lalu dan mengenang
keindahan dan kedamaian kampung halaman tentu baik-baik saja dan kadang
perlu. Meneguhkan persaudaraan hari ini bagus. Menegaskan identitas
juga absah. Namun menurut saya tekad ke masa depan juga sangat
diperlukan. Dan Bona Taon bisa dipakai untuk itu.
Apalah artinya bagi komunitas Batak jika dia hanya memiliki masa lalu,
betapapun indah atau hebatnya masa lalu itu? Menurut saya inilah
pekerjaan rumah terberat bagi komunitas Batak sekarang. Sadar atau tidak
sadar, orang Batak sudah semakin introvert atau berorientasi ke dalam.
Banyak orang Batak cenderung hanya berkumpul-kumpul dengan sesamanya dan
tidak lagi berusaha dan mengolah dunia luar. Yang lebih parah: banyak
orang Batak tidak berani lagi keluar dari “comfort zone” atau “wilayah
aman”-nya. Padahal dulu nenek moyangnya adalah orang-orang gagah berani,
keluar dari kampung halamannya merantau, manombang (membuka hutan), dan
manosor (membuka kampung baru). Maaf, kenapa lantas sekarang malah
seperti ayam jago kampung yang hanya berani berkokok di kolong rumah
sendiri? Dengan pemikiran itulah saya akhirnya mau mengatakan. Mari
menjadikan even-even Bona Taon bukan rutinitas atau tradisi semata,
tetapi justru titik tolak atau sumber kekuatan untuk bangkit dan
bergerak dalam kehidupan yang lebih nyata.
Disarikan dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment